SMAGA CEMERLANG MASA DEPANKU GEMILANG
Menanamkan perubahan gaya hidup juga bagian dari proses pendidikan. Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengembangkan pendidikan budi pekerti atau karakter, pikiran, dan tubuh anak. Dengan kata lain, pendidikan bukan hanya sekadar memberikan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga membentuk karakter dan moral peserta didik agar menjadi manusia yang lebih baik. Hal tersebut adalah pengertian pendidikan menurut, seorang tokoh Pendidikan Indonesia yang nama kecilnya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (dalam EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1923 (di usia 40 tahun) menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara. Ada juga yang menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro). Beliau adalah bangsawan Jawa dan seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, guru bangsa, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau juga merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa, yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan. Karena pada masa tersebut, yang berhak memperoleh pendidikan hanya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Untuk menanamkan gaya hidup positif, salah satu jawabannya adalah melaksanakan Program P5 Fase E Tema Gaya Hidup Berkelanjutan Kurikulum Merdeka yang dimulai tanggal 21 Januari 2024 tepatnya hari Senin. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala SMA Negeri 3 Sampang, memilih subtema “SMAGA’S Cemerlang , Masa Depanku Gemilang”.
Ketua Koordinator P5, Indah Setiyorini, S.Pd. mengajak para siswa kelas X yang berada di fase E untuk menjadikan SMA Negeri 3 Sampang menjadi sekolah yang menerapkan gaya hidup bersih dan sehat secara berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para siswa antara lain Budaya hidup bersih dan budaya hidup sehat. Budaya hidup bersih meliputi kegiatan mengenal jenis sampah Organik dan Anorganik serta praktik memilahnya demi kebersihan lingkungan sekolah. Siswa juga mendesain bak sampah untuk ditempatkan di sekitar sekolah. Budaya hidup sehat meliputi kegiatan kreasi taman sekolah beserta mengenal dan mempraktikkan istilah Tumpeng Gizi Seimbang
Pelaksanaan gaya hidup berkelanjutan bukan hanya sekadar program, tetapi seharusnya menjadi budaya yang menjadi gaya hidup para siswa dan berlangsung sampai masa yang akan datang, selama hidup. Meskipun, menjadikan gaya hidup secara berkelanjutan itu tidak semudah membalik telapak tangan. Budaya itu berawal dari rumah. Jika dari rumah, para siswa tidak diajarkan budaya positif dalam hal kebersihan dan berperilaku ramah lingkungan, akan sangat sulit dan menantang sekolah untuk menanamkan budaya secara frontal. Ketika berproses ini, masih terlihat banyak siswa membuang sampah sembarangan. Bahkan, di sekitar siswa duduk dan beraktivitas di kelas, di depan kelas, dan di bawah jendela kelas, perilaku membuang sampah tidak terhindarkan. Bukan berarti tidak bisa mengubah yang sudah mandarah daging, tetapi melalui proses belajar yang sangat panjang dan sulit. Bahkan, menurut beberapa orang, mengubah sifat atau karakter itu bagai mengukir di atas batu.
Bagaimana jika guru sebagai pembimbing di sekolah mencontohkan karakter gaya hidup bersih dan ramah lingkungan. Sekali lagi, menurut Ki Hajar Dewantara, guru dapat menjadi ‘ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani’ (Di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang mengayomi/melindungi).
Demikian juga dengan menanamkan gaya hidup bersih dan ramah lingkungan, mungkin akan terlihat pada rentang masa lima atau bahkan sepuluh tahun yang akan datang, tentunya dengan menjadi contoh bagi para siswa untuk menanamkan gaya hidup bersih dan ramah lingkungan dengan konsisten atau istikomah. (T/280124)